BINTANG TERANG DI ATAS EMBUN PAGI
Panti
asuhan “Ridho Allah” berdiri sejak 25 tahun yang lalu. Mengulas kisah masa lalu
yang teramat pedih untuk diceritakan. Afif merupakan penghuni paling lama diantara
anak-anak yang lainnya. Dia ditemukan disungai dalam keadaan membiru dan mengambang
oleh salah satu donatur panti, tapi Afif memang ditakdirkan Allah untuk tetap
hidup, sehingga dia masih bisa diselamatkan oleh Ibu Ayu, Sebutan akrab
pengasuh panti itu. Konon katanya Afif dibuang bukan karena orang tuanya tak
ada atau tidak diakui oleh orang tuanya, tetapi Afif lebih baik dibuang ditemu
orang daripada harus menjadi sebab perselisihan kedua orang tuanya. Ini sepatah
kata yang diucapkan oleh ibu Ayu, Beliau memperoleh sejarah singkat itu dari
selembar kain putih bertuliskan cerita singkat itu dikeranjang bayi Afif
dahulu. Afif terlahir tak sesempurna seperti anak lainnya, ternyata dia
mengalami kebutaan yang baru diketahui ketika dia menginjak umur 2 tahun.
Sampai saat ini, umur dia sekitar 21 tahun, belum juga dia memiliki tanda-tanda
identitas orang tuanya. Sengaja memang Afif lebih suka hidup sekarang, kalau
mendengar sejarah singkatnya sewaktu dilahirkan, dia lebih memilih hidup
bersama dengan anak lainnya dipanti ini. Bertahun-tahunn dia mempertahankan
hidupnya dengan batas penglihatannya. Walaupunn dia mempunyai keterbatasan
seperti itu, Afif termasuk laki-laki yang kreatif, tangannya tiap hari tak mau
diam, dia lebih senang merajut kain untuk anak-anak panti ataupun hanya membuat
selendang untuk ibu Ayu, yang sudah dia anggap seperti orang tuanya sendiri.
Afif masih meneruskan pendidikan di bangku kuliah, ini berkat kepandaian dan
kemauan yang keras sehinnga Afif memperoleh beasiswa terus-menerus. Dia sosok
laki-laki yang pendiam diantara anak panti lainnya. Rehan adalah teman dekat
Afif dipanti itu. Sosok Rehan sangat membantu Afif dalam kesehariannya. Afif
lebih suka dibacakan buku-buku pengetahuan oleh Rehan. Sebab Afif memang butuh
untuk mengerjakan pekerjaannya sebagai mahasiswa. Afif membuka lapangan
pekerjaan dipanti untuk mengorder kain-kain rajut yang dapat dijual dengan
aneka barang sandang. Inilah letak penghasilan Afif untuk membantu kebutuhan
dipanti.
Seusai
pulang kuliah, Afif menyibukkan diri untuk mengajar ngaji dipanti, rupanya Afif
juga mempunyai kelebihan dalam menghafal 30 Juz dalam Al-Qur’an sewaktu sekolah
di Madrasah Aliyah dahulu. Jadi disisi penglihatannya yang kurang mendukung,
tapi dia mengandalkan hafalannya itu. Disela-sela dia mengajar tiba-tiba seorang
ibu-ibu datang mendekati Afif.
Assalamualaikum, ustad?? Ini dengan
Ibu Risa, sapa ibu Risa didepan pintu.
Rupanya
panggilan akrab Afif dipanti adalah ustad, karena dia memang lebih banyak
memahami ilmu agama.
Walaikumsalam bu.. silahkan masuk,
sekilas Afif menghentikan ngajarnya sebentar untuk mendatangi Ibu Risa.
Nak, ibu Ayunya ada?? Saya ada perlu
dengan beliau..
Iya bu, sebentar..silahkan duduk,
akan saya panggilkan beliau.
Beberapa
menit kemudian, Ibu Ayu menemui Ibu Risa. Jika dilihat dari sikap dan
gerak-geriknya Afif menaruh rasa curiga dan penasaran dengan kedatangan Ibu
Risa tersebut. Sepertinya ada pembicaraan yang serius, yang ada hubngannya
dengan aku, karena sewaktu berbicara tatapan kedua wanita tersebut mengarah ke
Afif, dan itu tatapan yang sangat tajam untuk menandakan akan hal yang penting.
Tapi Afif pun segera melanjutkan mengajarnya tadi. Suara samar-samar terdengar
di ruang tamu. Afif mendengarkan pembicaraan tersebut. Intinya anak dari ibu
Risa akan dijodohkan dengan Afif. Jadi kedatangan ibu Risa tersebut sebagai awal
mula minta ijin kepada Ibu Ayu sebagai wali dari Afif.
###
Gadis
lulusan pondok pesantren Tebu Ireng inilah calon pengisi hidup Afif. Namanya
Aliyah. Gadis lugu yang tak tau menau tentang perjodohan ini, meakhiri sekolah
ditingkat Madrasah Aliyah saja sewaktu di Tebu Ireng. Kemudian setelah lulus
dia pulang kerumah dan hanya menjadi gadis rumahan tak mengenal lingkungan
sekitar. Orang tuanya merupakan donatur tetap di panti asuhan milik Ibu Ayu. Sehingga
hampir dua minggu sekali Ibu Risa dan suaminya mengirim sembako dan santunan ke
panti tersebut. Keakraban diciptakan melalui kegiatan-kegiatan seperti itu.
Tapi Aliyah tak juga tau bahwa Afif itu waktu bayi ditemukan ibunya disungai.
Karena ibunya tak meceritakan sejarah itu. Pada suatu hari, Ayah Aliyah tidak
bisa menemani Ibu Risa untuk pergi kepanti memberi santunan, sehingga terpaksa
Aliyah lah yang menemani. Dan sejak itulah pertemuan Afif dan Aliyah dimulai.
Afif merasa penasaran dengan wajah Aliyah yang nampaknya cantik berhias jilbab
sederhananya. Berbeda pula dengan Aliyah, dia lebih tau akan pandangan
pertamamnya dengan Afif, begitu tampan rupanya, kata Aliyah dalam hati. Aliyah
memang sudah paham kalau Afif mempunyai keterbatasan untuk melihat. Tetapi
entah cinta yang bagaimana yang telah meracuni Aliyah. Walaupun Aliyah tak tau
akan perjodohan itu, seakan dia sudah tau akan jalan dia bersama Afif. Semenjak
itu, Aliyah sering datang ke panti membantu Afif mengajar mengaji anak-anak
panti. Ibu Ayu tak berepot-repot memperkenalkan jati diri Afif kepada Aliyah,
karena Aliyah terlihat menaruh perhatian yang lebih dengan Afif. Aliyah hanya
mengandalkan cerita-cerita Rehan tentang pribadi Afif, karena Aliyah percaya
bahwa Rehan memang teman dekatnya sekaligus teman curhat Afif. Begitu terkesan
segala cerita tentang Afif. Karena Aliyah sampai saat itu tak memberanikan diri
untuk ngobrol langsung dengan Afif, hanya melalui surat singkat ataupun semacam
salam saja yang dititipkan melalui Rehan.
Benih-benih dewa cinta mulai tercium, berlaga dalam panggung kehidupan yang
nyata, akhirnya mereka berdua memutuskan untuk Ta’aruf saling mengenal menurut
tuntunan islam. Selama dua tahun mereka menjalani kehidupan layaknya orang yang
terkena virus-virus cinta. Dan Afif pun dapat menyelesaikan gelar sarjananya
dengan cukup membanggakan. Akhirnya tak lama kemudian Afif memutuskan untuk
meminang Aliyah, sangat sederhana mahar yang disiapkan oleh Afif, seperangkat
alat sholat saja yang dia bawa menuju rumah Aliyah. Awal kehidupan sepasang
suami istri yang bahagia dengan dipersatukan melalui pernikahan. Dengan
penghasilan dari usahanya Afif merajut itu lah yang dapat mereka gunakan untuk
membangun rumah yang sederhana, tetapi mereka berdua juga tidak ingin
meninggalkan panti asuhan, mereka masih mempunyai tanggungjawab membantu ibu
Ayu mengasuh dipanti itu. Jadi mereka putuskan untuk memnbangun rumah didekat
panti asuhan tersebut. Karunia Tuhan Aliyah diciptakan untuk melengkapi Afif
yang tak mempunyai kesempatan melihat dunia, atau melihat istrinya yang cantik
nan lugu itu. Begitu besar pengabdian Aliyah kepada suaminya, berbagai cara ia lakukan
demi membahagiakan suminya itu. Begitu juga dengan Afif yang mencintai istrinya
dengan tulus dan ikhlas. Tak kenal kabut pagi yang petang dan tak tau dingin
malam mencekam, dia tetap bekerja untuk istrinya.
###
Senja
berganti petang, rumah sederhana milik Afif begitu merindukan tangisan seorang
bayi, tak lama menuju malam tiba, Afif dikejutkan dengan berita bahagia oleh
isrtinya, bahwa istrinya itu sudah mengandung anak pertamanya dengan usia
kandungan 4 minggu. Tak karuan Afif mendengar berita itu, seketika dia sujud
syukur sebagai ucap terimaksihnya kepada yang kuasa. Hari demi hari telah
dilalui menanti sang cabang bayi lahir didunia. Afif sikapnya lebih keras
menjaga Aliyah semenjak mengandung anak pertamanya itu. Segala permintaan
Aliyah berusaha dituruti oleh Afif, tak peduli terik matahari menyengat
kulitnya, tak peduli angin tengah malam menusuk tubuhnya, ia tetap setia
membahagiakan istrinya itu, walaupun jalanpun dia menggunakan tongkat kayunya.
Hingga pernah suatu ketika Aliyah marah karena bawaan sifat sensitifnya
mengandung tersebut, Afif hendak dilempar dengan bantal. Tetapi lagi-lagi begitu
pengertiannya Afif kepada istrinya itu. Dia tidak ambil diam, langsung saja dia
mendekap Aliyah dengan membisikkan kata-kata candaan.
Sabar
ya istriku tercinta, kalau kamu ingin marah bacalah istgfar, agar anak kita
tidak ikut-ikutan marah, kamu kalau senyum pasti secantik bidadari, walaupun
aku tak diberi kesempatan untuk melihatmu, tapi aku bisa merasakannya, kata
Afif merayu istrinya itu.
Tak
lama adzan subuh berkumandang di Masjid terdekat, Aliyah merasakan tanda-tanda
ingin melahirkan. Afif segera siaga dan membawa Aliyah kerumah sakit. Dirumah
sakit ternyata Aliyah mengalami pendarahan cukup banyak, sehingga dokter
langsung membawa ke kamar ICU, Afif di depan pintu berdoa yang terbaik untuk
istri dan bayinya tersebut. Jam menunjukkan pukul 05.00. Bayi Afif lahir menangis
kencang hingga terdengar diluar ruangan, jenis kelaminnya laki-laki. Waktu itu
hanya perawat yang keluar dan memberi tahu Afif beserta keluarganya. Tak lama
kemudian Afif dipanggil dokter untuk kedalam ruangan. Seakan pagi kembali
menjadi malam, gelap tanpa cahaya. Kudengarkan berita duka dari dokter yang
menangani istriku tersebut. Istriku ternyata sudah tiada. Dia tak mampu
bertahan waktu melahirkan bayi laki-laki ku. Terpaksa dokter mengambil tindakan
mengoperasi agar bayinya dapat diselamatkan. Afif tertekuk lemas dibawah
ranjang istrinya itu, dia meneteskan airmata secepat kilat. Tak kuasa menjalani
pagi itu dengan akhir cerita yang menyedihkan. Afif belum diberi kesempatan
untuk melihat wajah cantik istrinya tersebut, tetapi sudah dipangil Sang Kuasa
terlebih dahulu. Begitu nyesak didada seorang Afif pagi itu. Bintang tak lagi
kan ada sinarnya. Bintang terang hidupku tlah dijemput embun pagi.
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar