Jumat, 18 Oktober 2013

BINTANG TERANG DI ATAS EMBUN PAGI


BINTANG TERANG DI ATAS EMBUN PAGI
Panti asuhan “Ridho Allah” berdiri sejak 25 tahun yang lalu. Mengulas kisah masa lalu yang teramat pedih untuk diceritakan. Afif merupakan penghuni paling lama diantara anak-anak yang lainnya. Dia ditemukan disungai dalam keadaan membiru dan mengambang oleh salah satu donatur panti, tapi Afif memang ditakdirkan Allah untuk tetap hidup, sehingga dia masih bisa diselamatkan oleh Ibu Ayu, Sebutan akrab pengasuh panti itu. Konon katanya Afif dibuang bukan karena orang tuanya tak ada atau tidak diakui oleh orang tuanya, tetapi Afif lebih baik dibuang ditemu orang daripada harus menjadi sebab perselisihan kedua orang tuanya. Ini sepatah kata yang diucapkan oleh ibu Ayu, Beliau memperoleh sejarah singkat itu dari selembar kain putih bertuliskan cerita singkat itu dikeranjang bayi Afif dahulu. Afif terlahir tak sesempurna seperti anak lainnya, ternyata dia mengalami kebutaan yang baru diketahui ketika dia menginjak umur 2 tahun. Sampai saat ini, umur dia sekitar 21 tahun, belum juga dia memiliki tanda-tanda identitas orang tuanya. Sengaja memang Afif lebih suka hidup sekarang, kalau mendengar sejarah singkatnya sewaktu dilahirkan, dia lebih memilih hidup bersama dengan anak lainnya dipanti ini. Bertahun-tahunn dia mempertahankan hidupnya dengan batas penglihatannya. Walaupunn dia mempunyai keterbatasan seperti itu, Afif termasuk laki-laki yang kreatif, tangannya tiap hari tak mau diam, dia lebih senang merajut kain untuk anak-anak panti ataupun hanya membuat selendang untuk ibu Ayu, yang sudah dia anggap seperti orang tuanya sendiri. Afif masih meneruskan pendidikan di bangku kuliah, ini berkat kepandaian dan kemauan yang keras sehinnga Afif memperoleh beasiswa terus-menerus. Dia sosok laki-laki yang pendiam diantara anak panti lainnya. Rehan adalah teman dekat Afif dipanti itu. Sosok Rehan sangat membantu Afif dalam kesehariannya. Afif lebih suka dibacakan buku-buku pengetahuan oleh Rehan. Sebab Afif memang butuh untuk mengerjakan pekerjaannya sebagai mahasiswa. Afif membuka lapangan pekerjaan dipanti untuk mengorder kain-kain rajut yang dapat dijual dengan aneka barang sandang. Inilah letak penghasilan Afif untuk membantu kebutuhan dipanti.
Seusai pulang kuliah, Afif menyibukkan diri untuk mengajar ngaji dipanti, rupanya Afif juga mempunyai kelebihan dalam menghafal 30 Juz dalam Al-Qur’an sewaktu sekolah di Madrasah Aliyah dahulu. Jadi disisi penglihatannya yang kurang mendukung, tapi dia mengandalkan hafalannya itu. Disela-sela dia mengajar tiba-tiba seorang ibu-ibu datang mendekati Afif.
            Assalamualaikum, ustad?? Ini dengan Ibu Risa, sapa ibu Risa didepan pintu.
Rupanya panggilan akrab Afif dipanti adalah ustad, karena dia memang lebih banyak memahami ilmu agama.
            Walaikumsalam bu.. silahkan masuk, sekilas Afif menghentikan ngajarnya sebentar untuk mendatangi Ibu Risa.
            Nak, ibu Ayunya ada?? Saya ada perlu dengan beliau..
            Iya bu, sebentar..silahkan duduk, akan saya panggilkan beliau.
Beberapa menit kemudian, Ibu Ayu menemui Ibu Risa. Jika dilihat dari sikap dan gerak-geriknya Afif menaruh rasa curiga dan penasaran dengan kedatangan Ibu Risa tersebut. Sepertinya ada pembicaraan yang serius, yang ada hubngannya dengan aku, karena sewaktu berbicara tatapan kedua wanita tersebut mengarah ke Afif, dan itu tatapan yang sangat tajam untuk menandakan akan hal yang penting. Tapi Afif pun segera melanjutkan mengajarnya tadi. Suara samar-samar terdengar di ruang tamu. Afif mendengarkan pembicaraan tersebut. Intinya anak dari ibu Risa akan dijodohkan dengan Afif. Jadi kedatangan ibu Risa tersebut sebagai awal mula minta ijin kepada Ibu Ayu sebagai wali dari Afif.
###
Gadis lulusan pondok pesantren Tebu Ireng inilah calon pengisi hidup Afif. Namanya Aliyah. Gadis lugu yang tak tau menau tentang perjodohan ini, meakhiri sekolah ditingkat Madrasah Aliyah saja sewaktu di Tebu Ireng. Kemudian setelah lulus dia pulang kerumah dan hanya menjadi gadis rumahan tak mengenal lingkungan sekitar. Orang tuanya merupakan donatur tetap di panti asuhan milik Ibu Ayu. Sehingga hampir dua minggu sekali Ibu Risa dan suaminya mengirim sembako dan santunan ke panti tersebut. Keakraban diciptakan melalui kegiatan-kegiatan seperti itu. Tapi Aliyah tak juga tau bahwa Afif itu waktu bayi ditemukan ibunya disungai. Karena ibunya tak meceritakan sejarah itu. Pada suatu hari, Ayah Aliyah tidak bisa menemani Ibu Risa untuk pergi kepanti memberi santunan, sehingga terpaksa Aliyah lah yang menemani. Dan sejak itulah pertemuan Afif dan Aliyah dimulai. Afif merasa penasaran dengan wajah Aliyah yang nampaknya cantik berhias jilbab sederhananya. Berbeda pula dengan Aliyah, dia lebih tau akan pandangan pertamamnya dengan Afif, begitu tampan rupanya, kata Aliyah dalam hati. Aliyah memang sudah paham kalau Afif mempunyai keterbatasan untuk melihat. Tetapi entah cinta yang bagaimana yang telah meracuni Aliyah. Walaupun Aliyah tak tau akan perjodohan itu, seakan dia sudah tau akan jalan dia bersama Afif. Semenjak itu, Aliyah sering datang ke panti membantu Afif mengajar mengaji anak-anak panti. Ibu Ayu tak berepot-repot memperkenalkan jati diri Afif kepada Aliyah, karena Aliyah terlihat menaruh perhatian yang lebih dengan Afif. Aliyah hanya mengandalkan cerita-cerita Rehan tentang pribadi Afif, karena Aliyah percaya bahwa Rehan memang teman dekatnya sekaligus teman curhat Afif. Begitu terkesan segala cerita tentang Afif. Karena Aliyah sampai saat itu tak memberanikan diri untuk ngobrol langsung dengan Afif, hanya melalui surat singkat ataupun semacam salam  saja yang dititipkan melalui Rehan. Benih-benih dewa cinta mulai tercium, berlaga dalam panggung kehidupan yang nyata, akhirnya mereka berdua memutuskan untuk Ta’aruf saling mengenal menurut tuntunan islam. Selama dua tahun mereka menjalani kehidupan layaknya orang yang terkena virus-virus cinta. Dan Afif pun dapat menyelesaikan gelar sarjananya dengan cukup membanggakan. Akhirnya tak lama kemudian Afif memutuskan untuk meminang Aliyah, sangat sederhana mahar yang disiapkan oleh Afif, seperangkat alat sholat saja yang dia bawa menuju rumah Aliyah. Awal kehidupan sepasang suami istri yang bahagia dengan dipersatukan melalui pernikahan. Dengan penghasilan dari usahanya Afif merajut itu lah yang dapat mereka gunakan untuk membangun rumah yang sederhana, tetapi mereka berdua juga tidak ingin meninggalkan panti asuhan, mereka masih mempunyai tanggungjawab membantu ibu Ayu mengasuh dipanti itu. Jadi mereka putuskan untuk memnbangun rumah didekat panti asuhan tersebut. Karunia Tuhan Aliyah diciptakan untuk melengkapi Afif yang tak mempunyai kesempatan melihat dunia, atau melihat istrinya yang cantik nan lugu itu. Begitu besar pengabdian Aliyah kepada suaminya, berbagai cara ia lakukan demi membahagiakan suminya itu. Begitu juga dengan Afif yang mencintai istrinya dengan tulus dan ikhlas. Tak kenal kabut pagi yang petang dan tak tau dingin malam mencekam, dia tetap bekerja untuk istrinya.
###
Senja berganti petang, rumah sederhana milik Afif begitu merindukan tangisan seorang bayi, tak lama menuju malam tiba, Afif dikejutkan dengan berita bahagia oleh isrtinya, bahwa istrinya itu sudah mengandung anak pertamanya dengan usia kandungan 4 minggu. Tak karuan Afif mendengar berita itu, seketika dia sujud syukur sebagai ucap terimaksihnya kepada yang kuasa. Hari demi hari telah dilalui menanti sang cabang bayi lahir didunia. Afif sikapnya lebih keras menjaga Aliyah semenjak mengandung anak pertamanya itu. Segala permintaan Aliyah berusaha dituruti oleh Afif, tak peduli terik matahari menyengat kulitnya, tak peduli angin tengah malam menusuk tubuhnya, ia tetap setia membahagiakan istrinya itu, walaupun jalanpun dia menggunakan tongkat kayunya. Hingga pernah suatu ketika Aliyah marah karena bawaan sifat sensitifnya mengandung tersebut, Afif hendak dilempar dengan bantal. Tetapi lagi-lagi begitu pengertiannya Afif kepada istrinya itu. Dia tidak ambil diam, langsung saja dia mendekap Aliyah dengan membisikkan kata-kata candaan.
Sabar ya istriku tercinta, kalau kamu ingin marah bacalah istgfar, agar anak kita tidak ikut-ikutan marah, kamu kalau senyum pasti secantik bidadari, walaupun aku tak diberi kesempatan untuk melihatmu, tapi aku bisa merasakannya, kata Afif merayu istrinya itu.
Tak lama adzan subuh berkumandang di Masjid terdekat, Aliyah merasakan tanda-tanda ingin melahirkan. Afif segera siaga dan membawa Aliyah kerumah sakit. Dirumah sakit ternyata Aliyah mengalami pendarahan cukup banyak, sehingga dokter langsung membawa ke kamar ICU, Afif di depan pintu berdoa yang terbaik untuk istri dan bayinya tersebut. Jam menunjukkan pukul 05.00. Bayi Afif lahir menangis kencang hingga terdengar diluar ruangan, jenis kelaminnya laki-laki. Waktu itu hanya perawat yang keluar dan memberi tahu Afif beserta keluarganya. Tak lama kemudian Afif dipanggil dokter untuk kedalam ruangan. Seakan pagi kembali menjadi malam, gelap tanpa cahaya. Kudengarkan berita duka dari dokter yang menangani istriku tersebut. Istriku ternyata sudah tiada. Dia tak mampu bertahan waktu melahirkan bayi laki-laki ku. Terpaksa dokter mengambil tindakan mengoperasi agar bayinya dapat diselamatkan. Afif tertekuk lemas dibawah ranjang istrinya itu, dia meneteskan airmata secepat kilat. Tak kuasa menjalani pagi itu dengan akhir cerita yang menyedihkan. Afif belum diberi kesempatan untuk melihat wajah cantik istrinya tersebut, tetapi sudah dipangil Sang Kuasa terlebih dahulu. Begitu nyesak didada seorang Afif pagi itu. Bintang tak lagi kan ada sinarnya. Bintang terang hidupku tlah dijemput embun pagi.  
TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar